Info terbaru:

Senin, 05 Agustus 2013

Petualangan di Pulau Nervandess

          Di sebuah desa, hiduplah seorang anak yang bernama alon bersama kedua orang tuanya. Anak tersebut sangat senang membantu orang lain karna orang tuanya mengajarkan ia supaya membantu orang lain yang sedang kesulitan tanpa mengharapkan apapun. Ia pun  mencoba mengamalkan apa yang telah diajarkan oleh orang tuanya.
          Pada suatu hari, turunlah hujan. Pada saat itu alon sedang mencari kayu bakar di hutan utuk dijual kepasar dan sebagian lainnya untuk masak ibunya. Karna hujannya datang tiba-tiba,
akhirnya alon berlari terbirit-birit mencari tempat berteduh terdekat supaya bajunya tidak basah kuyup. Ia pun berlari sampai-sampai ia tidak merasa bahwa ia sedang berada di daerah di bawah tebing-tebing yang sebelumnya ia tidak pernah pergi ke daerah itu karna di daerah itu tinggal hewan-hewan yang buas.
          Di saat itu alon melihat sebuah mulut gua. Mulut gua itu berukuran kecil seperti lebarnya sebuah pintu. Tanpa berfikir panjang, ia pun langsung berlari dan masuk dengan tangan yang masih memegang beberapa kayu bakar. Gua tesebut sangat sempit, lebar dan tingginya hampir sama dengan ukuran mulut guanya. Ia pun duduk diatas tanah yang sedikit lembab. Alon menunggu hujan berhenti sembari melihat-lihat dinding-dinding gua yang tidak rata. Anehnya dinding-dinding gua tersebut seperti diukir dan membentuk sebuah gambar yang tidak di mengerti oleh dirinya. Di saat bersamaan, matanya secara tidak sengaja menangkap kilatan cahaya dari arah dalam gua. Seperti terhipnotis olehnya, alon pun berjalan menuju kilatan cahaya tersebut muncul dengan sendirinya. Ia ingin berbalik arah tapi badannya terasa sangat berat. Anehnya saat berbalik lagi kearah kilatan cahaya tadi, badannya terasa sangat ringan. Mau tidak mau alon pun menelusuri gua tersebut. Tidak lama kemudian ia melihat kilatan cahaya itu lagi semakin terang seiring langkahan kakinya. Ternyata kilatan cahaya itu berasal dari sebuah lentera kecil yang menempel di dinding gua. Alon pun memerhatikan tempat itu dan ternyata ujung dari gua tersebut adalah tempat dimana ia berada karna tidak ada jalan lagi alias buntu. Ia pun mencoba untuk mengambil lentera itu. Ketika tangannya menyentuh lentera tersebut, lenteranya berputar dan menjadi terbalik. Di saat bersamaan ian mendengar suara gemuruh yang tersa jauh sekali dan lama-kelamaan mendekat. Dan tiba-tiba tanah yang ada dibawah alon longsor dengan membawa dirinya ke dalam kegelapan bawah tanah.
          Alon membuka mata, ia menemukan dirinya sedang berbaring di bawah pohon yang rindang. Alon mencoba untuk duduk tapi hal tersebut sangat sulit karna badannya terasa sakit semua. Ia pun ingat bahwa sebelumnya ia terperosok da jatuh ke dalam tanah. Tapi anehnya tidak ada bekas tanah longsoran di baju dan badannya. Tak berselang lama kemudian ia berhasil berdiri dengan susah payah. Ia melihat-lihat ke semua arah untuk mengamati. Ia pun bingung di sertai kaget, karna hutannya berbeda dengan hutan yang tadi ia masuki. Dan kebingungannya pun bertambah saat ia melihat naga-naga dengan ukuran yang bervariasi sedang terbang di langit. Dalam hatinya ia berkata, " Apa yang terjadi..?! Bagaimana bisa begini..?! aku harus keluar dari hutan ini... ". Ia pun berusaha mencari jalan setapak untuk memudahkan ia keluar dari hutan itu. Dan pada akhirnya ia menemukan jalan setapak yang cukup lebar yang mungkin biasa digunakan oleh kendaraan beroda empat. Alon mengikuti jalan setapak tyersebut dengan raut muka yang kelelahan. Setelah sekian lama berjalan, ia akhirnya melihat ujung dari hutan tersebut. Disana terdapat papan penunjuk arah yang bertuliskan, " Hutan Naga. Selatan : Kota Vandess. Utara : Pegunungan Corness. Barat : Ujung Kindaluse ". Alon pun tambah bingung saat membaca papan penunjuk arah tersebut. Tapi ia menjadi tahu tentang nama dari hutan tadi. Dalam keadaan seperti ini ia hanya berfikir, ia harus bertanya kepada seseorang supaya kebingungannya bisa sedikit berkurang. Jadi akhirnya alon memutuskan untuk pergi ke kota Vandess untuk bertanya kepada penduduk kota itu.
          Di tengah perjalanan, ia merasa sangat lapar. Tapi untungnya pohon-pohon yang ada di pinggir jalan setapak yang ia lewati sedang berbuah. jadi, alon langsung mendekati salah satu pohon tersebut. kemudian ia memanjatnya dan memetik buah yang masak di dekatnya dan langsung memakannya dengan lahap. Dari atas poho itu, ia dapat melihat pemandangan yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Ia pun mulai berfikir semabri mulutnya mengunyah buah hasil petikan tadi. Mungkin ia masuk ke dalam portal dunia lain akibat dari longsoran tanah di gua di daerah hewan-hewan buas dulu. Itu di perkuat dengan hilangnya bekas longsoran tanah di baju dan tubuhnya. Di saat ia sedang mengingat-ingat tentang penyebab ia bisa masuk ke dalam dunia baru ini, ia mendengar suara teriakan dari kejauhan. Alon dapat melihat sumber teriakan itu dari atas pohon yang ia naiki. Suara itu ternyata dari seorang anak yang sedang di kejar oleh makhluk aneh yang belum pernah ia lihat sebelumnya di sebuah padang rumput jauh di pinngir jalan setapak yang ia tadi lewati. Ia pun memasukkan beberapa buah ke dalam kantongnya buat berjaga-jaga dan ia bergegas ke tempat sumber surar yang perlu pertolongan. Alon berlari secepat mungkin ke tempat sumber suara itu. Setelah dekat, ia langsung melempar moster itu dengan buah yang ia pegang. Hal itu menarik perhatian moster itu dan berbalik arah kepadanya. Alon ingat tentang nasehat ayahnya, "Ketika engkau berhadapan dengan binatang luas, setepat mungkin engkau lempar sesuatu yang keras ke arah matanya. Hal tersebut akan membuatnya menjadi buta sementara selama beberapa detik dan saat itu terjadi, engkau larilah secepat mungkin ketempat yang aman". Alon pun mengamalkannya ke moster itu. Ia mengambil ancang-ancang dan melemparkan buah yang ada di kantongnya satu-persatu ke arah mata si moster. Karna jaraknya cukup dekat, semua lemparannya mengenai ke dua mata si moster. Moster itu pun meraung kesakitan sembari memegang ke dua matanya. Di saat itu, ia langsung menghampiri anak yang di kejar oleh moster tadi dan mengajaknya pergi dari tempat itu dengan berlari secepat mungkin.
          Mereka berlari saling berpegangan tangan. mereka menembus sebuah padang rumput ilalang, mendaki bukit-bukit dan pada akhirnya mereka berdua sampai di sebuah tempat yang berbatu-batu. Mereka bersembunyi diantara celah-celah bebatuan besar. Mereka menghela nafas karna dapat melarikan diri dari si moster.
          Di tempat itu, anak tersebut berterimakasih banyak kepada alon. kemudian keduanya saling berkenalan dan bertanya. Alon akhirnya tahu nama dan umurnya. Namanya adalah rio dan umurnya adalah 16 tahun, 1 tahun lebih muda dari pada dia. Rio dari kota Vandess, kota tujuan alon. Rio menceritakan, saat itu ia sedang pergi berburu kehutan dekat kota. Tapi tanpa ia sadari, ia telah masuk terlalu jauh kedalam hutan dan tersesat. Ia menemui dirinya ditempat yang ia tidak kenali. Kemudian ia mendengar seuara raungan dari balik bukit dan seketika itu, si moster muncul dan mulai mengejarnya. Sebenarnya ia dapat melumpuhkan si moster dengan senjatanya. Tapi senjatanya jatuh duluan karna rasa kaget dari kemunculan si moster yang tiba-tiba dan ia tidak dapat mengambil senjatanya karna si moster mulai mengejarnya.
          Setelah itu, alon menceritakan tentang dirinya, tentang asalnya, tentang bagaimana ia bisa sampai di dunia ini dan ketika ia mendengar teriakan rio.
          Alon sangat igin kembali kedunianya lagi karna ia sangat kawatir dengan ke dua orang tuanya yang mungkin sekarang sedang kesusahan dan sedih mencarinya yang hilang tanpa bekas. Ia tidak ingin membuat ke dua orang tuanya seperti itu terus, karna itu ia ingin kembali ke dunianya secepat mungkin.
          mendengar itu, rio merasa iba sekali melihat musibah yang terjadi kepada teman barunya. Ia akhirnya memberitahu sesuatu kepada alon.

          " Alon, aku mungkin tahu seseorang yang mungkin dapat membantumu dalam keadaan ini..... "
          " Benarkah kamu tahu, rio.....? " alon dengan raut muka yang agak kaget.
          " Ya..... ia seorang penyihir yang terkenal dengan kekuatannya. Ia penyihir yang baik hati yang akan membantu siapapun yang menemuinya di kediamannya.Ia akan memberikan 1 permintaan kepada orang yang menemuinya. Ia tinggal di pegunungan Corness yang ada di bagian uatara pulau Nervandess. Tapi kata orang-orang yang pernah berhasil menemui si penyihir, banyak sekali rintangan yang menghadang di jalan yang menuju ke kediaman si penyihir. Banyak dari mereka yang gagal dan bahkan mati di tengah perjalanan. Apakah kamu ingin pergi ke kediaman si penyihir? "
          " tentu saja, aku harus menemuinya, minta tolong kepadanya, kembali ke dunia asalku dan menghentikan penderitaan yang ke dua orang tuaku! " alon dengan raut muka yang serius.
          " Baiklah kalau begitu..... Tapi kita harus bersiap-siap dulu sebelum berangkat..... "
          " Apa maksudmu dengan kita? apakah kamu ingin ikut denganku? " alon tidak mengerti.
          " Ya..... setelah kamu menyelamatkanku dari moster tadi, aku merasa berhutang nyawa kepadamu. Jadi aku bulatkan tekad untuk ikut bersamamu ke kediaman si penyihir..... " jelas rio.
          " Apakah orang tuamu tidak akan marah dengan keputusanmu? " alon bertanya.
          " Aku tidak punya orang tua, mereka sudah meninggal sejak aku kecil.... " jelas rio tanpa ekspresi.
          " Maaf..... "
          " Ya..... tidak apa-apa..... "
          " Baiklah kalua memang begitu keputusanmu..... ayo kita bersiap!!! " alon dengan mata yang berapi-api.
          " Pertama kita pergi ke kota, aku punya kenalan di sana yang mungkin dapat membantu..... " rio mengusulkan.
          " Baiklah....! ayo berangkat....! " teriak alon.

Mereka berdua pun melanjutkan perjalanan ke kota untuk menyiapkan segala sesuatu yang mungkin di perlukan dalam perjalanan mereka menuju ke kediaman si penyihir untuk mengembalikan alon kedunia asalnya.

11.07 siang.

          Akhirnya mereka sampai di kota Vandess, kota terbesar dipulau nervandess yang juga sebagai ibukotanya. Setelah perjalanan 2 hari 2 malam dengan desertai beberapa guyuran hujan dan beberapa rintangan yang mungkin masih dibawah rintangan yang akan mereka hadapi nanti di perjalanan menuju ke kediaman si penyihir.
          Kota Vandess berdiri di suatu tempat yang di kelilingi oleh jurang yang sangat dalam dan menggunakan 4 jembatan yang bisa ditarik yang berada di bagian 4 arah mata angin. Kota itu dilindungi oleh dinding-dinding yang besar dan tinggi. Di setiap jara 300 meter terdapat pos-pos penjaga untuk memantau keadaan sekitar. Di pintu-pintu masuk kota di jaga oleh beberapa pasukan bersenjata lengkap. Setiap orang yang ingin masuk pasti di periksa terlebih dahulu.
          Suasana di luar dan di dalam kota sangat berbeda. Di dalam kota, suasananya sangat nyaman, tertib, bersih dan aman. Mungkin semuanya dikarnakan oleh penjagaan yang ketat yang dilakukan di pintu-pintu masuk kota.
          Rio langsung mengajak alon untuk pergi ke suatu tempat di tengah kota. Ia ingin mengajak alon ke toko serba ada atau toserba milik kenalannya. Di toko tersebut di jual semua jenis kebutuhan dan barang-barang. Saat sampai di toko yang di maksud, rio langsung mengajak alon untuk bertemu dengan pemilik toko tersebut yang bernama velgas. Di saat bertemu, rio dan velgas langsung berpelukan. Umur velgas kira-kira sekitar 50 tahunan. Setelah semua itu, rio memperkenalkan velgas kepada alon dan sebaliknya. Alon langsung mencerikan semua hal yang terjadi kepada si velgas. Si velgas tampak sedih dan iba terhadap apa yang terjadi kepada alon. Si velgas pun memberi saran kepada alon dan rio untuk membeli senjata lebih dari dua buah, satu jarak pendek dan satunya jarak jauh. Itu akan sangat membantu untu melawan moster-moster yang mempunyai kemampuan-kemampuan yang berbeda-beda di dalam perjalanan  mereka berdua. Velgas mempunyai banyak pengalaman, karna ia pernah melakukan perjalanan ke kediaman si penyihir bersama dengan temannya yang hampir membunuh mereka berdua 20 tahun yang lalu.
          Velgas mengajak mereka ke bagian gudang tokonya. Ia ingin membantu mereka berdua dengan memberikan segala sesuatu yang di butuhkan di perjalanan mereka dengan gratis. Mereka berdua pun sangat senang dan terus mengucapkan terimakasih kepadanya di dalam perjalanan ke dalam gudang tokonya.
          Di gudang, banyak sekali terdapat senjata berbagai macam dan bentuk, bahan-bahan pokok, dan barang-barang penting lainnya. Itu semua dipisahkan dengan sebuah tembok. Velgas menyuruh mereka berdua memilih senjata untuk jarak dekat dengan sebuah pedang bermata dua dan senjata untuk jarak jauh dengan panah dan crossbow, kedua senjata itu sangat ampuh, apalagi kalau mata panahnya di olesi dengan racun. Setelah memilih senjata, sekarang mereka sedang memilah-milah kebutuhan lain-lainnya. Di saat yang sama, velgas memberikan sebuah tas gendong kecil yang berwarna abu-abu. Katanya tas tersebut ajaib karna dapat menampung banyak benda atau barang di dalamnya. Mereka berdua menerima tas tersebut dengan senang sekali karna tas tersebut sangat membantu dalam hal penyimpanan barang dan lainnya di saat perjalanan ke kediaman si penyihir. Velgas memberitahu cara menggunakan tas ajaib tersebut. katanya apabila ingin mengambil sesuatu di dalam tas tersebut dengan cara memasukkan tangan kedalam tasnya sembari memikirkan barang yang akan di ambil dan secara otomatis benda atau barang yang di pikirkan akan tergenggam tangan. Jadi, harus ingat barang yang di masukkan ke dalam tas tersebut.
          Kurang lebih satu jam kemudian kebutuhan dan perlengkapan sudah selesai mereka kumpulkan dan dimasukkan ke dalam tas kecil ajaib mereka. hati alon sangat senang karna tujuannya akan tercapai.
          Sebelum mereka pergi dari kota Vandess menuju ke kediaman si penyihir, velgas memberikan sebuah peta tua yang ia buat sendiri saat perjalanannya 20 tahun yang lalu. Kemudian semuanya saling berpelukan dan mereka berdua berpamitanm kepada velgas.
          Setelah melewati pos penjagaan dan jembatan yang menghubungkan kota Vandess dengan tanah seberang. Mereka bergegas menuju kearah utara. Mereka terus berjalan dan berjalan melewati bukit-bukit, sungai-sungai dan hutan-hutan di siang hari dan beristirahat di malam hari.
          Setelah menempuh perjalanan selama dua hari dua malam. Akhirnya mereka berhasil sampai pada lembah pugunungan cornness yang sangat luas, yaitu sebuah hutan-hutan yang sangat besar yang mengelilingi pegunungan cornness. Konon katanya di dalam huran tersebut terdapat banyak monster-moster yang bermacam-macam yang berkeliaran bebas di dalamnya.
          Mereka pun berhenti sejenak sembari mengeluarkan senjata-senjata mereka. Alon memegang oedang dan crossbow sedangkan rio memegang pedang dan panah. Untungnya mereka berdua mempunyai sedikit pengalaman tentang senjata-senjata tersebut. Setelah persiapan selesai, mereka langsung berjalan ke arah hutan dengan posisi siaga dari berbagai macam serangan yang tiba-tiba. Mereka terus berjalan dan berjalan mengikuti jalan setapak yang hampir hilang tertutupi oleh rerumputan dan dedaunan yang jatuh karna tiupan angin. Setelah cukup dalam mereka masuk ke hutan, mereka melihat sesuatu seperti akar-akar gantung yang bergelantungan di ranting pohon di atas jalan setapak. Setelah jarak mereka cukup dekat dengan sesuatu tersebut, ternyata itu memang akar-akar gantung yang biasa di temukan di dalam hutan. Mereka pun melanjutkan perjalanan mereka di bawah akar-akar gantung tersebut. Dan secara tiba-tiba akar-akar gantung tersebut bergerak dan melesat ke arah mereka dengan cepat. Seketika itu alon dan rio langsung menebas akar-akar gantung tersebut dengan pedang mereka. mereka sambil berlari dengan pedang yang tetap menebas-nebas akar-akar gantung tersebut. Seetelah hampir keluar dari daerah akar-akar gantung tersebut, rio terjatuh karna tersandung akar pohon yang melintang di tengah jalan. Hal tersebut membuat pedangnya terlempar cukup jauh dari genggamannya. Di saat bersamaan akar-akar gantung tersebut membelit kakinya. " Aloon.!! toloong.!! ". Mendengar teriakan tersebut alon langsung berbalik arah dan menemukan temannya terjatuh dengan kaki yang terbelit oleh akar-akar gantung tersebut. Dengan sekilas, alon langsung menebas akar-akar gantung tersebut lantas memegang tangannya rio dan berlari menyelamatkan diri dari jangkauan akar-akar gantung tersebut.            
          Di bawah pohon besar, alon dan rio beristirahat. Nafas mereka masih terengah-engah akibat berlari terlalu cepat. Kemudian alon membuka tasnya dan mengambil sedikit makanan dan 2 kantong penuh dengan air segar. Kemudian mereka berduamaka dan minum dengan pelan. Setelah mereka merasa sudah cukup beristirahat, mereka melanjutkan perjalanan mereka dengan tetap pada posisi siaga. Mereka terus berjalan dan berjalan. Sampai akhirnya mereka harus melewati sungai yang lebar tapi dangkal. Tanpa rasa curiga karna airnya tenang dan jernih sekali. Mereka melewatinya dengan perlahan-lahan. Saat sampai di tengah jalan, beberapa batu yang cukup besar yang sebagiannya terendam di dalam sungai bergerak perlahan-lahan menuju mereka berdua. Mereka berdua pun mulai curiga dengan batu-batu di sekitar mereka yang terasa semakin mendekati mereka. Karna takut dan kawatir terjadi apa-apa yang tidak di inginkan, akhirnya mereka berdua sepakat untuk berlari secepat mungkin hingga ke seberang. " 1,2,3, lariiiii..!! " teriak alon sekuat tenaga. Mereka berdua pun berlari dengan kencang meskipun di tempat yang berair. Mengetahui mangsanya kabur, para moster batu yang dari tadi mendekati mereka secara perlahan, menembakkan bola-bola api dari mulut mereka kearah alon dan rio yang sedang berlari. Alon dan rio pun harus berlari secara zigzag untuk menghindari serangan para moster batu tersebut. Cipratan air mengenai mereka berdua di saat bola-bola api tersebut melesat dan menabrak air. Hal tersebut membuat timbulnya asap seperti kabut. Sesaat kemudian mereka berdua berhasil sampai di seberang dengan keadaan tetap berlari sampai mereka masuk ke hutan lagi.
          Di hutan, mereka berhenti sejenak untuk mengatur nafas mereka yang terengah-engah. Belum sampai badan mereka pulih, mereka mendengar suara kepakan sayap di antara pepohonan. Mereka pun langsung pada posisi siaga dengan senjata mesing-masing. Suara kepakan sayap tersebut seperti mengelilingi mereka. D an secara tiba-tiba dari balik pepohonan muncullah makhluk seperti kekelawar yang besar. Makhluk tersebut langsung menukik ke arah mereka berdua, mereka pun melompat untuk menghindarinya. Alon pun langsung berdiri dan menembakkan crossbownya ke arah makhluk tersebut dan di susul oleh panahnya rio. Crossbow dan panah mereka berdua sama-sama mengenai sayap sebela kiri makhluk tersebut. Makhluk itu pun langsung oleng dan menabrak pohon dan terjatuh ke tanah. Melihat hal itu, alon langsung berlari mendekatinya dan langsung menghunuskan pedanggya ke arah kepala makhluk tersebut.
          " crooottt..... " darah segar pun muncrat dari kepalanya
          " iiieeek..... " kelu alon, karna sebagian wajahnya terkena muncratan darah segar.
Pada waktu itu hari telah sore dan mereka bergegas mencari tempat yang aman untuk mendirikan tenda. Setelah mencari ke mana-mana, mereka akhirnya menemukan tempat yang cukup aman yakni di antara 2 batuh besar. Mereka pun bergegas mendirikan tenda karna mulai malam.
          Keesokan harinya, mereka berdua terbangundari tidur mereka. Setelah itu, mereka menyiapkan makanan dan minuman dari tas mereka. Alon memakan makanannya sembari memeriksa peta yang di berikan oleh velgas.
          " Rio, kita sekarang disini... " alon menunjuk ke gambar yang menyerupai 2 batu besar di petanya.
          " Ya, betul, kita di sini... " rio mengiyakan.
          " Setelah ini kita akan lewat jalan ini... " alon menunjuk petanya.
          " Tapi... gambar apa itu? " rio bertanya tentang gambar yang tertera di jalan yang mereka akan tuju.
          " Aku todak tahu... tapi ini seperti gambar garis gelombang ".
          " Apapun itu kita harus mencoba untuk melewatinya... " tangkas rio.
          " ya... " jawab alon yakin.
Mereka pun bersiap-siap untuk berangkat. Alon berjalan di depan sedangkan rio di belakangnya. Jalan setapak yang mereka lewati mulai berubah menjadi berpasir. Mereka tidak merasa curiga dengan hal itu. M ereka terus berjalan dan berjalan. Sampai ketika mereka mulai berhenti berjalan karna kaki mereka lama-kalamaan mulai tenggelam ke dalam pasir. Baru mereka sadari sekarang bahwa arti gambar di peta itu adalah pasir hisap. Mereka pun mulai panik ketika badan mereka sudah separuh tenggelam ke dalam pasir. Di dalam keadaan itu, alon ingat bahwa mereka mempunyai sebuah tali yang cukup panjang di dalam tas mereka. Alon pun mengambilnya dan mengayun-ngayunkannya seperti seorang koboi dan melemparkannya ke pohon terdekat. Di saat tali terasa kencang dan kuat terbelit ke pohon, maka alon menyuruh rio untuk memegang tali tersebut dan menarik diri mereka sendiri sampai ke tepi pasir hisap tersebut. Mereka sangat bersyukur karna dapat keluar dari hisapan pasir hisap itu. Dan semenjak kejadian itu, mereka berjanji akan berhati-hati dan meliti terlebih dahulu gambar-gambar yang ada di dalam peta sebelum melewatinya.
          Mereka telah berjalan selama 3 hari 3 malam. Selama itu mereka telah melewati separuh perjalanan. Jadi, paling tidak mereka akan sampai di kediaman si penyihir 3 hari lagi kalau perjalanannya lancar. Alon terus kepikiran tentang apa lagi yang akan menghadang mereka berdua di tengah jalan. Karna hal itu ia dan rio selalu waspada terhadap sekeliling mereka. 
          Tibalah mereka di sebuah jembatan kayu yang kelhatan sudah tua yang menghubungkan tebing satu dengan tebing yang lainnya. Mereka pun melihat-lihat jembatan itu dari dekat dan memeriksanya. Dari hasil pemeriksaan mereka, jembatan tersebut masih layak untuk di lewati. Kemudian mereka melewati jembatan tersebut bergantian dengan pelan-pelan. Sebelumnya alon menyuruh rio untuk mengikat tali yang ia pegang ke batang pohon yang ujungnya akan alon pegang sembari melewati jembatan tersebut. untuk berjaga-jaga apabila jembatan tersebut runtuh. Dan setelah sampai di seberang, alon akan mengikat ujung tali yang ia pegang ke batang pohon dan meyuruh rio untuk melepaskan ikatan tali yang tadi ia ikatkan ke batang pohon dan menyuruhnya untuk memegang tali tersebut saat melewati jembatan. di saat alon telah dapat separuh jalan, jembatan tersebut berderik karna tiupan angin yang cukup kencang. Tapi pada akhirnya alon berhasil sampai di seberang dengan selamat dan melakukan apa yang tadi ia rencanakan. Tibalah giliran rio melewati jembatan tersebut. Dengan wajah cemas, ia melewatinya dengan langkah yang pelan, ia terus berjalan dan berjalan sampai tiba-tiba kayu yang ia injak patah dan jatuh, dengan spontan ia berteriak ketakutan dan ia pun berlari dengan cepat tanpa menghiraukan jembatan tersebut. Hal tersebut membuat sebagian kayu-kayu penopang yang ia lewati menjadi pecah dan jatuh. Sejurus kemudian, ia sampai di seberang dengan nafas terengah-engah. Alon cuma bisa tertawa melihat kejadian itu. Dengan wajah kesal ia melihat alon yang tertawa karna tingkahnya. Mereka berdua pun selamat dari tantangan jembatan tersebut.
          Hari telah sore. Alon dan rio bersiap-siap mendirikan tenda di tempat yang mereka rasa aman. Setelah selesai mendirikan tenda, rio langsung tidur-tiduran di dalam tenda sedangkan alon menyusun kayu yang mereka cari tadi untuk di jadikan api unggun. malam pun datang dengan taburan bintang yang berkelap-kelip. Setelah makan malam, mereka berdua bergegas tidur. Mereka pun tidur dengan pulas. Sampai pada akhirnya, alon terbangun oleh bunyi berisik piring-piring dan sendok-sendok di luar tenda. Karna penasanran, alon pun mencoba untuk memeriksanya dari lubang-lubang kecil tenda. Betapa terkejutnya ia, saat melihat seekor laba-laba sebesar ayam sedang mengotak-atik piring-piring dan sendok-sendok bekas makan malam tadi. Alon pun membatin " bodohnya kami, mengapa tidak di cuci saja tadi sebelum tidur ". Hewan tersebut datang karna tertarik oleh bau dari sisah-sisah makanan di piring dan di sendok. Alon pun dengan pelan-pelan membangunkan rio. dengan susah payah, akhirnya rio bangun juga. Lalu memberitahu kepada rio tentang situasi saat ini. Rio pun kaget dan ketakutan. Lalu ia mencoba melihat sendiri. Dan ternyata benar ada dua hewan seperti laba-laba sebesar ayam. Saat rio memberitahu alon bahwa memang ada dua ekor hwan di luar, alon terkejut.
          " kau benar, ada dua ekor hewan seperti laba-laba di luar sana.... "
          " haaaaahh..!! apa kamu tidak salah lihat..!! " tanya alon.
          " Kenapa kamu kaget..? " rio bingung.
          " Tadi yang aku lihat cuma satu ekor. Kenapa sekarang ada dua? " jawab alon.
Ia pun mencoba untuk memeriksanya lagi. Betapa kagetnya ia, sekarang malah ada tiga ekor.
Alon menyuruh rio untuk mempersiapkan senjata, jaga-jaga takut hewan tersebut masuk kedalam tenda. Mereka berdua diam dan seminimal mungkin bergerak pelan-pelan karna takut memancing masuk hewan-hewan itu. Sesaat kemudian, mereka tidak mendengar suara apapun dari luar. Sunyi dan tenang. Mereka pikir bahwa hewan-hewan tersebut sudah pergi. Dan secara tiba-tiba, hewan-hewan tersebut mencebol tenda mereka dengan cepit mereka. Spontan alon dan rio kaget dan berlari ke luar tenda. Betapa kagetnya mereka melihat berpuluh-puluh hewan seperti laba-laba sebesar ayam di mana-mana. Tanpa pikir panjang, alon dan rio melayangkan pedangnya ke arah hewan-hewan tersebut. Tapi mereka sangat sulit untuk di kalahkan. Karna mereka dapat bertahan dan menyerang balik dengan capit mereka. Mereka pun saling serang-menyerang. Pada satu kesempatan, rio berhasil menebas kaki sebelah kanan salah satu hewan tersebut. Hewan itu pun terjatuh ke tanah yang langsung di sambut oleh tebasan pedang di kepalanya. Cairan hijau pun muncrat keluar. Rio pun melanjutkan pertempurannya dengan hewan lainnya. Sedangkan alon berlari sambil melayangkan pedangnya dengan liar. Ia menuju kesebuah pohon terdekat dan memanjatnya dengan cepat. Ia pun duduk di salah satu dahan pohon dan mengarahkan crossbownya ke hewan-hewan tesebut. " Jepp.... " . Panah pun menancap ke perut salah satu hewan tersebut dengan cepat.  Akhirnya beberapa hewan-hewan tersebut mati. Karna panahan si alon. Tapi pada akhirnya, hewan-hewan tersebut mulai menuju ke arah pohon. Melihat itu alon berteriak kepada rio. 
          " Rio..! tolong jaga pohon yang aku naiki akan ku panah lebih banyak hewan-hewan itu..! " teriak alon dengan keras.
          " Baik..!! " jawab rio dengan keras.
Rio pun mulai berlari menuju pohon tempat alon berada dan mulai melayangkan pedangnya ke hewan-hewan tersebut. Sedangkan alon terus menembakkan panahnya. 
          Tiga puluh menit kemudian, alon dan rio sama-sama duduk kelelahan di tempatnya. Satu jam-an mereka berdua bertarung dengan hewan-hewan tersebut. Nafas mereka sama-sama terengah-engah. Kemudian alon turun dari pohon yang tadi ia naiki. Ia benar-benar kehabisan anak panah, untung anak panahnya tadi pas. Waktu mulai menunjukkan paginya.
          " Rio kamu tidak apa-apa..? " tanya alon.
          " Ia, tapi cuma kelelahan.... " jawab rio.
          " Tadi sunnguh pertarungan yang mendebarkan "
          " Benar, dan hari mulai pagi, kita tidak bisa meneruskan tidur kita..! " kesal rio.
          " ya, tidak apa-apa, yangh penting kita selamat... ".
          " ya kau benar..." rio menyetujui.
          " Ayo makan dulu sebelum berangkat!!! " ajak alon.
          " OK! ".
Matahari mulai menampakkan harinya. Alon dan rio memulai perjalanan mereka lagi. Mereka memeriksa petanya lagi untuk mengetahui posisi mereka tidak melenceng dari jalan peta. Di peta itu, mereka mengetahui bahwa perjalanan tinggal sedikit lagi. Hati mereka pun senang dan legah. Apalagi alon, ia sudah tidak sabar untuk kembali ke dunia asalnya dan bertemu dengan ke dua orang tuanhya.

         

Tidak ada komentar:

Posting Komentar